Senin, 30 Juni 2014

Tidak ada yang pernah tau bagaimana jalan hidup ini. Juga tidak ada yang tahu bagaimana Tuhan mengatur hidup kita. Siapa yang akan tahu, bahwa di saat aku mengharapkan ayahku bisa menjadi wali nikahku, dia justru pergi meninggalkan kami semua. Tidak ada yang tahu, kepergian ayahku mengantarkanku pada kesuksesanku. Tidak ada yang tahu, bahwa kesuksesanku membuat ibuku merasa kesepian dan sendiri di rumah. Dan tidak ada yang tahu, kesendirian ibuku mengantarkannya pada jodoh keduanya setelah ayahku. Gamang sekali. Hidup ini tidak selalu seperti yang kita inginkan. Mimpi dan kenyataan hanya berbeda tipis, antara kau berada dalam harapan dan kehendak Tuhan. Harapanku, perasaanku pada seseorang selalu terbalaskan, tanpa bertepuk sebelah tangan, tanpa sesak di dada. Ini sudah ketiga kalinya aku menyimpan perasaan pada seseorang, tapi semuanya hanya terpiaskan pada bayangan yang tak bertuan. Di usiaku yang 25 tahun ini, aku harus menerima kenyataan di luar harapanku, bahwa ibuku lebih dahulu menemui jodoh keduanya. Sedangkan aku, jodoh pertamaku saja seperti bertepuk sebelah tangan, seperti punuk merindukan bulan. Tidak jua bertemu dengan tulang rusukku. Menantinya. Hingga sekarang. Apa yang bisa aku lakukan atas semua kehendaknya selain berdoa dan bersabar. Mungkin juga mengikhlaskan apa yang telah terjadi. Aku iri dan cemburu pada ibuku sendiri. Tapi bagaimanapun, beliau adalah ibuku. Kebahagiaannya adalah kebahagiaanku. Mungkin kebahagiaannya datang lebih dahulu lantaran beliau sudah cukup lama bersabaar dengan kesendiriannya dan cemoohan dari banyak orang. Sedangkan aku? Tidak banyak waktuku untuk bersabar dan lebih bijak memahami keadaan yang didatangkan Tuhan untukku. Kebahagiannya lebih datang karena beliau lebih ikhlas daripada diriku. Mungkin begitulah Tuhan memberikan hadiah kepada ibuku. Sejak dulu, Tuhan tidak pernah menyakitiku. Kepergian ayahku adalah caraNya untuk menguatkan aku. Perasaanku yang tidak terbalaskan, adalah caraNya untuk selalu berpikir positif. Tapi, tidak bisa kumunafikkan perasaanku sendiri. Tidak jarang aku merasa sakit dengan kenyataan yang berbeda dari harapanku. Sudah kumencoba untuk tegar, mencoba mengambil hikmah dari semuanya. Tapi entah apalah yang ada dalah hatiku ini, selalu saja merasa bertanya "mengapa" pada Tuhan. Dan sekarang, untuk kesekiannya aku mencoba untuk menguatkan hati. Pura-pura kuat mungkin lebih tepatnya. Atau mungkin lebih baik lagi jika aku melupakan perasaanku atas seseorang. Terakhir, tanpa awal. Manusia hanya diminta untuk bersabar saja. Cukup bersabar. dan meminta maaf kepada Tuhan. Tuhan akan memberikanmu tanpa kau minta. Sesuatu yang indah, sesuatu yang membahagiakan, sesuatu yang pada akhirnya akan berterima kasih kepada Tuhan. Tuhan. Bantulah aku untuk tetap bertahan di dekatMu. Tanpa sedikitpun protes atau mensangsikan apa yang Kau lakukan dan rencanakan untukku.

Sabtu, 11 September 2010

Broken Vow - Lara Fabian Lyrics

"Broken Vow"



Tell me her name
I want to know
The way she looks
And where you go
I need to see her face
I need to understand
Why you and I came to an end
Tell me again
I want to hear
Who broke my faith in all these years
Who lays with you at night
When I'm here all alone
Remembering when I was your own

[Chorus:]
I'll let you go
I'll let you fly
Why do I keep on asking why
I'll let you go
Now that I found
A way to keep somehow
More than a broken vow

Tell me the words I never said
Show me the tears you never shed
Give me the touch
That one you promised to be mine
Or has it vanished for all time
[Chorus]

I close my eyes
And dream of you and I
And then I realize
There's more to life than only bitterness and lies
I close my eyes
I'd give away my soul
To hold you once again
And never let this promise end

Jumat, 03 September 2010

Stop untuk Mag


Penyakit mag sering sekali dialami oleh kebanyakan orang. Mag atau memiliki nama ilmiah gatritis, adalah penyakit yang terjadi pada lapisan dinding lambung yaitu lapisan mukosa yang dapat dikarenakan terjadi luka atau peradangan oleh asam lambung yang berlebih. Penyebabnya bisa karena penderita makannya tidak teratur, terdapat mikroorganisme yang merugikan, mengkonsumsi obat tertentu,atau sebab-sebab lainnya seperti mengkonsumsi alkohol, pola tidur yang tidak teratur dan stress. Maag juga bisa terjadi apabila si penderita telat makan, kemudian sewaktu makan si penderita maag makan dengan porsi yang terlalu banyak. Bagi penderita maag yang sudah parah, penyakit maag tersebut sangat berbahaya sekali karena dapat mempengaruhi lever.

Sering pula seseorang merasakan gejala mag tapi penderita tidak mengetahui bahwa itu adalah maag. Sehingga penderita tidak langsung menangani sakitnya secara benar dan tepat. Sering pula, penderita mengetahui gejalanya, tapi tidak mengetahui penanganan yang tepat. Seperti yang terjadi pada diri saya beberapa hari yang lalu. Mag dapat terjadi di lokasi badan lambung dan dapat pula terjadi pada syaraf lambung. Meski itu sama-sama mag, tetapi penanganan terhadap kedua hal tersebut berbeda.

Gejala-gejala yang terjadi pada penyakit mag diantaranya:
1. Kembung
2. Perih
3. Pusing
4. Mual
5. Jantung berdegup kencang
5. Buang besar kesulitan dan terasa perih
Selain muncul gejala-gejala yang seperti ini, perlu juga adanya deteksi sendiri dari penderita sebelum menanganinya. Bidik bagian apa yang sakit, dimanakah lokasinya, barulah beri penanganan yang tepat.

Deteksi bagian dari lambung yang bermasalah dapat dilakukan sebagai berikut:
- tekan perut bagian tengah tepat dibawah dada.
jika terasa keras, dan sakit ketika ditekan, hal itu menunjukkan mag sudah sampai ke saraf
lambung. Dan tentunya, obat yang ada di pasaran seperti promag, mylanta, dan sebagainya
tidak cukup menangani rasa sakit ini karena obat-obat tersebut hanya berfungsi untuk
menetralkan asam lambung yang menyebabkan mag dan penipisan lapisan mukosa.
- tekan perut bagian kiri di bawah dada.
Jika bagian ini terasa keras, maka mag lebih sering terjadi di badan lambung. Barulah obat di
pasaran cukup mengatasinya.
Meskipun demikian, deteksi dilakukan hanya sebatas pengetahuan penderita. Penanganan yang lebih tepat, sebaiknya berobat ke dokter yang memiliki diagnosa yang lebih akurat.

Tapi alangkah lebih baik jika kita menjaganya daripada mengobatinya.
Ya, mag memang penyakit seumur hidup, sekali terkena penyakit ini, sampai kapanpun tidak akan sembuh, akan selalu kambuh bila tidak menjaga lambung kita.

Hal-hal yang sebenarnya merupakan pantangan bagi penderita mag terutama yang sudah menyerang saraf lambungnya, beberapa diantaranya adalah:
1. Hindari minuman bersoda atau minuman botol jika perut sedang kosong
2. 5 makanan yang memicu mag kambuh seperti kangkung, kluwek (rawon), makanan
bersantan , mie, dan makanan pedas
3. Ketika mag kambuh, hindari camilan yang berketela, seperti singkong atau pohong

Lambung kita adalah sumber penyakit. Orang berebut uang juga karena untuk mengisi lambung. Maka peliharalah lambung dengan makanan yang baik dan cara yang baik pula.
Bagi penderita Mag, pintar-pintarlah kita menjaga diri kita.
Kalo bukan diri kita sendiri, siapa lagi yang mencintai lambung kita.

Semoga bermanfaat. Dan Be Healthy

Sabtu, 26 Juni 2010

RAPUH...


Bergemelutuk gigi-gigi rapuhku ketika ingin berucap sebuah kata. Sela-sela dalam persendianku menjadi saksi hatiku yang kian detik semakin sesak dan terasa merapat pada jantungku yang semakin mempercepat detakannya. Ada sesuatu yang membuatku terasa sulit untuk menghirup nafas. Ada sesuatu yang membuatku begitu ketakutan. Ada sesuatu yang melemahkan tulang-tulangku dan menjadikan duniaku berada dalam gerhana jiwa.
Hatiku terasa sempit, susah untuk mencari tempat berteduh. Jantungku terus memburuku untuk membungkam setiap ucapan. Air mataku terus memberontak untuk melepaskan diri dari kantongnya.
Aku menahan rasa itu. Mencoba untuk memaklumi semua pengakuannya. Menahan gemigilnya seluruh tubuhku. Terus berusaha menarik nafas panjang demi memperlambat aliran darahku yang mengalir begitu cepat.
Aku menahan ngilunya lukaku. Luka sayatan 4-5 tahun silam. Ketika aku baru belajar untuk mengenal dunia. Masa waktuku untuk mengenal Cinta.

Luka itu tersayat begitu dalam. Hingga dagingku terkelupas dan menghabiskan darahku begitu banyak. Sakit yang aku rasa ketika itu. Aku tidak ingin berjalan lagi. Aku ingin berhenti sebentar untuk mengobatinya. Beberapa obat aku sentuhkan pada lukaku. Perlahan meski teramat perih. Sahabat-sahabatku, merekalah yang menjadi obat lukaku. Aku bubuhkan waktu demi waktu sembari aku menjauh dari parang yang telah menyakitiku. Aku ganti perbannya dengan rapi dan telaten. Aku bersihkan lalu aku obati lagi. Terus menerus, hingga berbulan-bulan dan bertahun-tahun. Aku berharap luka itu tidak akan menjadi cacat pada hatiku.
Aku percaya bahwa Allah menanggalkan sebuah pesan pada kisahku. Mungkin, janganlah kita mendekati parang yang berbahaya jika tidak ingin terluka. Pesan itu yang aku terima. Dan aku rasakan kuatnya keyakinan itu pada relung hatiku.

Meski belum sembuh betul, aku mencoba berdiri. Aku obati selagi jalan. Aku melatih menahan ngilunya dan mengobatinya seketika waktu. Akhirnya, aku pun mampu menyembuhkan luka itu. Aku berhasil mengobatinya. Meskipun tertinggal cacat di hatiku, tapi tak apa. Aku akan baik-baik saja karena fibrinogen telah melindunginya. Melindungi lukaku dan mematikan rasa perih itu. Aku meneruskan perjalananku dengan normal. Dengan luka yang telah terlupakan. Kebahagian dan asa kembali terangkai dalam mimpi dan duniaku. Aku melangkah dengan optimis dengan membawa pesan yang aku terima. Kali ini, pesan itu memberiku sebuah arti. Aku tidak ingin dan tidak akan menjadi parang yang akan meyakiti orang lain. Aku tidak akan meyayatkan sebuah parang tajam ke tubuh orang-orang di sekitarku. Aku akan berusaha untuk menjaga parangku dengan sebaik mungkin dan tidak akan aku pergunakan kecuali untuk membela diri. Cahaya masa depan terasa berada di dekat depan mataku. Aku akan mencapai pintu masa depan itu dengan asaku bersama keyakinan yang aku tancapkan di dasar hatiku.

Sepanjang perjalananku mencapai pintu itu, aku mendapati seseorang yang dekat dengan hatiku. Aku menyapanya. Dan aku rasa, dia bukanlah orang yang bermain parang dengan mudahnya. Aku mengaguminya. Namun, sesaat aku melihat lukaku yang telah mengering. Terbayang banyak hal yang baru aku sadari, bahwa aku begitu lemah dan rapuhnya. Aku terus berharap, bahwa lukaku tidak akan terbuka lagi. Dan ada seseorang yang menjaga seluruh yang aku miliki dari tajamnya parang yang sungguh menyakitkan. Aku seorang wanita yang ingin sekali dilindungi. Ingin sekali merasakan dilindungi, tidak lagi melindungi diri sendir seperti tahun-tahun sebelumnya. Rupanya, dia tidak ingin melindungiku untuk saat ini. Dan dia tidak terpikirkan untuk melindungiku. Aku tertegun. Anehnya aku mendapati kesulitan untuk meghapusnya.

Dibalik semua itu, datanglah seseorang lain yang menyapaku dan menawarkanku sebuah perban. Dia akan melindungiku. Dia akan menjagaku. Aku tidak begitu mengenalnya. Tapi aku mencoba membuka hati untuk dirinya. Meski, seseorang yang aku harapkan masih melekat di ingatanku. Belajar dari pesan yang aku dapat, aku sangat berhati-hati menentukan siapa yang akan menjagaku. Dan akhirnya, kuputuskan "ya" untuk dia yang menawarkan perlindungan itu. Dan aku tumbuhkan sebuah kepercayaan padanya, karena aku rasa dia tidak akan memakai parangnya.

Siang di bulan Juni, hari terjadi gerhana bulan di Indonesia.2010.Gerhananya jiwaku menutup celah cahaya untuk masuk ke dalam hatiku. Badanku menggigil. Gigiku bergemelutuk ketika mencoba untuk berucap kata. Aku berpura-pura menikmatinya. Ku rapatkan handphone Sony Ericsson K770i ku dan kusimak seksama tiap kata pengakuannya akan masa lalunya. Jari jemariku menjadi saksi, sakitnya lambungku menjadi bukti, bahwa dia telah menyentuh lukaku dan membuatku ngilu tak berdaya. Lagi-lagi aku selalu bertopeng. Tertawa-tawa seakan it's ok. Padahal jelas sudah bahwa dia adalah orang yang harus aku hindari. Dia telah menggunakan parangnya berkali-kali. Dia telah menggunakan parangnya bukan untuk membela diri. Dia.......adalah orang yang selama ini yang seharusnya aku jauhi. Aku terdiam. Berada antara ketakutan akan kisah perih yang pernah menggerogoti kehidupan dan harapanku. Aku berada di antara harapan dan ketakutan yang keduanya menekan keyakinan yang tertancap di dasar hati.

Mengapa...
tak bisa aku bendung airmata ini. aku pun juga tidak bisa mengatur suhu panas tubuhku. Aku pun merasa kesusahan untuk bernafas. Jantung berdetak cepat. Aliran darah mengalir hebat. Semua persendianku terasa lapuk. Aku tidak bisa mengendalikan emosi hatiku. Aku merasa berada di mesin waktu yang mengembalikanku ke masa silam.

Aku merasa teramat rapuh...hatiku terasa gelap. Semua tidak bisa aku kendalikan dengan baik. Perjuangan mencapai harapan, rapuh dan lapuk..
Semuanya telah merapuh...